Pake Gravatar? Ngapain?

Saya berpikir… maka saya ada…

Eh… serius, saya berpikir bahwa avatar pada profile itu, dimanapun, adalah manifestasi dari hasrat narsis dari segala macam manusia yang terhubung di Internet. Ya, saya juga narsis, tapi cukup pemalu dan penakut untuk memampangkan foto saya di Internet.

Sampai saya bolak-balik halaman blog ini:
danny's avatar danny’s link –

Ceritanya si Danny menggunakan gambar berwarna hitam polos sebagai avatarnya, maksudnya sih sebagai pernyataan sikap mendukung penolakan terhadap undang-undang internet yang akan keluar di negaranya.

Tapi ternyata itu berdampak pada kehidupan sosialnya di Internet. Sebagian pembacanya menyatakan bahwa avatar sama saja dengan perwakilan diri kita, dan hal itu penting terhadap komunikasi dalam jaringan. Sebagian pembaca meninggalkannya (unfollow) hanya gara-gara avatarnya berwarna hitam.

Sebagian lagi berpendapat hal itu tidak penting, apa yang ada dibalik avatar itulah yang penting: esensi. Banyak orang yang memakai avatar bergambar bayi (emang bayi bisa ngeblog?), gambar kucing (kucing bisa ngeblog, sayang google belum bisa menterjemahkan teks tulisan mereka secara otomatis), serta penggunaan gambar wanita cantik dan seksi, padahal ia adalah laki-laki. Seringkali avatar tersebut tidak ada kaitannya dengan apa yang ditulis atau disampaikannya.

Dan setiap orang sah-sah saja memakai avatar apapun, entah untuk menunjukkan kecenderungan politiknya, kegemarannya, ataupun keisengannya, seperti ini:

fun banner

Saya sebenarnya sudah cukup nyaman dengan avatar bawaan dari WordPress, warna hijaunya serasi dengan judul blog saya, dan memampangkan foto di Internet sepertinya membuka diri terhadap berbagai kemungkinan yang melelahkan dan tidak perlu (tidak ada kaitannya dengan santet tentu saja).

Mari lihat, nyaman atau tidak… mudah-mudahan bisa kembali lagi ke avatar lama…